Maaf..! Maafkan saya...dengan pilihan judul di atas. Barangkali judul ini terkesan meniru-niru (plagiat) atawa kelihatan sangat berlebihan. Namun bila kita berkenan sedikit saja menguak lembaran sejarah masa lalu, maka sesungguhnya kita akan mendapatkan fakta bahwa Siem-Krueng Kalee (dulu sering disebut dalam satu nafas) memang telah berpengalaman menjadi salah satu pusat pendidikan di Aceh (mungkin Nusantara). Sampai sekarang, situs-situs keberadaan pusat-pusat pendidikan di kawasan ini masih bisa dilihat dengan mata kepala bugil, meski kita (termasuk pemerintah Aceh) lebih memilih untuk mengacuhkannya. Sebut sajalah, di sudut sebelah timur Gampong Krueng Kalee masih ada bangunan tua peniggalan dari Dayah Tgk. Syiek Krueng Kalee (masyarakat di sana menyebutnya dengan Kubu. Menurut penuturan masyarakat, Kubu sesungguhnya menyimpan banyak cerita legenda. Di pintu gerbang Gampong Siem (75 m sebelah timur Masjid Jamik Mukim Siem (skr Masjid Jamik Baitul Ahad Mukim Siem), kita masih bisa melihat peninggalan-peninggalan situs Dayah Tgk Syiek di Keubok (Keturunan dari Tgk Syik di Keubok ini yaitu Tgk Hasan Keubok (ayahanda dari alm. Drs. Tgk Mukhtar Hassan, SH., Mantan Kepala Pengadilan Agama Banda Aceh) merupakan salah seorang pelopor pendidikan modern di Aceh. Dan kemudian, Dayah Tgk Syiek Meunasah Baroe adalah Dayah yang didirikan Oleh Panglima Tgk Muhammad Sa'id (Paman dari Tgk Haji Hasan Kr Kalee) atau lebih dikenal dengan lakap Tgk Syiek Meunasah Baroe, beliau pun banyak menyimpan kisah perjuangan yang amat heroik. Beliau adalah Panglima Perang yang gagah berani, yang berjuang hingga jauh ke dataran Tinggi Gayo. Untuk menghentikan perlawanan beliau, belanda, harus menggunakan taktik licik wal picik yaitu dengan menawan seluruh anggota keluarga beliau. Anggota keluarga beliau yang ditawan (mereka ditangkap di tempat persembunyian di pegunungan dataran tinggi Gayo) itulah, yang dijadikan belanda sebagai remote control untuk memaksa beliau turun gunung. Belanda mengancam, kalau Teungku Syiek tidak turun gunung, maka seluruh anggota keluarganya akan disekolahkan ("disekolahkan" istilah yang mencapai puncak kejayaan pada masa komplik Aceh yang maksudnya dihabisi). Setelah melalui proses negosiasi yang dimediasi oleh Tuanku Raja Keumala, akhirnya beliau terpaksa turun gunung, dengan sebuah MoU (syarat-syarat yang diajukan oleh Tgk Syiek Meunasah Baroe dan didisetujui oleh Pengadilan Belanda) yang isinya sebagai berikut:
1. tidak akan dihukum (mungkin istilahnya sekarang, diberikan amnesti)
2. diizinkan untuk mendirikan kembali masjid-masjid yang telah dibakar
oleh Belanda di Wilayah Sagoe XXVI Mukim.
3. diizinkan untuk melanjutkan pendidikan Dayah.
Segera setelah turun gunung, beliau tanpa kendala berarti langsung dapat mengimplementasikan MoU tersebut (Bandingkan dengan implementasi MoU Helsinki, ser..seret..ret..!). Beliau langsung mengkomandoi pembangunan masjid-masjid di wilayah Sagoe XXVI Mukim. Lihat saja semua masjid lama di wilayah ini (misalnya bangunan masjid lama Mukim Siem, Mukim Leupueng, Mukim Lambaro Angan, Mukim Klieng dll) memiliki arsitektur yang sama (arsiteknya, siapa..?). Yang paling penting, beliau juga segera membuka Dayah di Gampong Siem, yang disebut dengan Dayah Meunasah Baroe, letaknya sekitar 50 Meter sebelah timur komplek Dayah Tgk H. Hasan Krueng Kalee.
Dan ini, semua orang tahu...!!! Yaitu Dayah Meunasah Blang yang didirikan oleh Tgk H Hasan Krueng Kalee. Dayah ini telah tersohor ke mana-mana, menghasilkan alumni-alumni yang tersebar keseluruh pelosok Aceh dan nusantara. Padat kata, Dayah yang berlokasi di gampong Siem ini pernah menjadi jantong hatee pusat pendidikan Islam di Aceh.
Tidak hanya menjadi pusat pendidikan dari berbagai santri dari seluruh Aceh, Dayah Tgk H Hasan Kr. Kalee juga pernah mengirimkan staff pengajarnya untuk menyebarkan dakwah ke daerah Labuhan Haji Aceh Selatan. Pengiriman dilakukan atas permintaan penguasa pada saat itu yaitu Tuanku Raja Keumala. Staf pengajar yang dikirim ke sana adalah Tgk Muhammad Ali atau yang dikenal dengan Abu Lampisang (beliau adalah kakek dari Alm. Prof. Dr. Safwan Idris, MA dan dimakamkan di Dusun Teunun Adat Gampong Siem) Di Labuhan Haji Tgk Muhammad Ali Lampisang mendirikan Dayah yang diberi nama Jami'ah Al-Khairiyah, dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam di sana. Disebutkan, Syekh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy pernah berguru di Jami'ah Al-Khairiyah selama 4 tahun, sampai beliau diantarkan ke Dayah Bustanul Huda Blang Pidie yang dipimpin oleh Syekh Mammud.
Tidak hanya menjadi pusat pendidikan dari berbagai santri dari seluruh Aceh, Dayah Tgk H Hasan Kr. Kalee juga pernah mengirimkan staff pengajarnya untuk menyebarkan dakwah ke daerah Labuhan Haji Aceh Selatan. Pengiriman dilakukan atas permintaan penguasa pada saat itu yaitu Tuanku Raja Keumala. Staf pengajar yang dikirim ke sana adalah Tgk Muhammad Ali atau yang dikenal dengan Abu Lampisang (beliau adalah kakek dari Alm. Prof. Dr. Safwan Idris, MA dan dimakamkan di Dusun Teunun Adat Gampong Siem) Di Labuhan Haji Tgk Muhammad Ali Lampisang mendirikan Dayah yang diberi nama Jami'ah Al-Khairiyah, dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam di sana. Disebutkan, Syekh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy pernah berguru di Jami'ah Al-Khairiyah selama 4 tahun, sampai beliau diantarkan ke Dayah Bustanul Huda Blang Pidie yang dipimpin oleh Syekh Mammud.
Dan kini, di atas pertapakan Dayah Tgk Haji Hasan Krueng Kalee inilah, di dirikan kembali Dayah Darul Ihsan Tgk H. Hasan Krueng Kalee. Tokoh Muda luar biasa yang berjuang sekeras-kerasnya untuk mengukir kembali sejarah kejayaan Dayah Tgk Hasan Kr. Kalee, adalah H. Waisul Qarani Aly as-Su'udy (salah seorang anggota keluarga Tgk Haji Hasan Kr. Kalee). Hari ini di Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee belajar ratusan santri yang berasal dari berbagai kabupaten-kota di Aceh.
Dan sinyal-sinyal kebangkitan itu, dengan izin Poeteuh Allah SWT, seakan-akan telah hadir di depan mata (Datanglah ke sana, dan tataplah dari segala sudut pandang, seperti bidikan photo di atas, yang saya tembak dari salah satu sudut lampohsoh, dari seberang hamparan sawah). Okey, Pemandangan ini (gedung megah menjulang) saya pikir belum menunjukkan bukti substantif dari sebuah kebangkitan yang kita inginkan, tapi lihatlah denyut kegiatan belajar mengajar di sana, pada shubuh hari, pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Lihatlah...! Maka tidak salah bila hari ini, di sini..., kita menabur segenggam harapan besar, menyemai sebuah obsesi, semoga di pertapakan Dayah Tgk Haji Hasan Krueng Kalee ini akan kembali bangkit pusat pendidikan yang tersohor ke berbagai pelosok negeri. Bila ini terwujud, maka tidak heran dimasa yang akan datang, akan banyak orang-orang tua dari berbagai penjuru nusantara atau bahkan dunia, akan bertitah kepada anak-anaknya "Uthlubul i'lma walau bisSiem..!" yaah... tuntutlah ilmu hingga ke Siem...!!! Semoga ini tak berlebihan.
Wallahu'alam...
ha...ha..! Na Na mantong..!
BalasHapusHehe... Olah bacut, 😊
HapusInformasinya cukup bermanfaat pak...Tks.
BalasHapusTerima kasih kasih, smg bermanfaat, 😊
HapusLanjutkan...! :))
BalasHapusInsInsya Al siap..., 😅
Hapuslike this :)
BalasHapusHehe... Tq.
HapusHehe ... Tq.
Hapus