Kenangan Meuseujid Tuha
tlah lelah engkau mengayuh zaman
jadi saksi episode pergulatan dan perjuangan anak bangsa
kala mereka berbaiat setia
tuk mengusir kaphe-kaphe belanda
dari nanggroe tercinta
tlah tercatat kesaksianmu
ketika kolenel J.J.P Weijerman terkapar bersimbah darah
ketika kolenel J.J.P Weijerman terkapar bersimbah darah
mengerang nyawa di depan matamu pada tanggal 20 Oktober 1883
dan ketika serdadu-serdadu Jendral buta siblah van der Heijden
lampiaskan dendam
membumihangusmu hingga rata dengan tanah
menginspirasikan Panglima Tgk Chiek Meunasah Baroe
tuk terus berjuang
dan berjuang...
dan berjuang...
hingga jauh ke Dataran Tinggi Gayo
meski akhirnya terpaksa merobah strategi perjuangan
dari perang bersenjata kepada perjuangan pendidikan dayah
membina aqidah, syariah dan akhlak anak bangsa
agar mereka tak menjadi generasi kaplat dan sangkilat...
Meuseujid Tuha...
beliau pula yang membangunkanmu dari lelap kuburmu
meski dalam dandanan bersahaja
kau taburkan kedamaiaan dan kesejukan...
ketika tambo kembali ditabuhkan
azan dan iqamah kembali dikumandangkan
Meuseujid Tuha...
maafkan generasi kami
tak dapat menghargaimu
menyingkirkanmu dalam renta
tanpa asuhan cinta...
tanpa asuhan cinta...
karna alasan sederhana "demi tuntutan zaman"
Mukim Siem, 5 Desember 2009
Ratapan balee tuha di ujung senja
shahabat...
sesekali kukenang
tatkala panyoet strongking dinyalakan...
saat dalail khairat dibacakan
dan syair-syair like dilantunkan hingga larut
malam...
shahabat...
terkadang kuteringat
saat kalian terlelap dipangkuanku...
mengukir
mimpi
memahat hari
dengan wajah polos remaja
dan canda ria...
tapi kini...
daku terbuang
terabaikan dalam cengkraman sunyi...
shahabat...
dengarkan sesaat ratapku...
karena sang rayap tlah menggerayangi seluruh tubuhku
mungkin hari-hariku tlah tak lama lagi
hingga tersungkur ke pangkuan bumi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar