Senyum Mukim, adalah kumpulan kisah nyata dari Mukim Siem, yang unik dan kadang mengundang senyum. Sebahagian pelaku-pelaku dalam kisah ini sengaja disamarkan untuk menjaga dan menghormati privacy dari orang-orang yang tersangkut di dalamnya. Terima kasih.
H o r m a t G u r u
Nyak Mat, sehari-hari berprofesi sebagai sales Garam Keliling (Mugee Sira). Pagi hari Nyak Mat dengan menggunakan Sepeda Kumbang yang dirancang khusus sebagai sarana pemasaran garam (memiliki tempat dudukan belakang dan depan, agar memuat garam lebih banyak), berkeliling kampung untuk memasarkan garamnya sambil berteriak: "Sira Wareh...!!!" atau " Wareh Sira...!!!".
Disamping itu, Nyak Mat juga metakzimkan diri sebagai asisten seorang ulama yakni Tgk. Muhammmad Ali Lampisang atau yang lebih dikenal dengan lakap Abu Lampisang. Abu Lampisang (1891 - 1960) adalah seorang ulama dari Mukim Siem yang diutus oleh Tgk Haji Hasan Kr. Kalee untuk menjalankan Dakwah di Labuhan Haji atas permintaan Tuanku Raja Keumala. Di sana beliau mendirikan Dayah yang bernama Dayah Al-Khairiyah (1921). Menurut catatan Tgk. Syech Muda Wali, pernah belajar pada dayah ini. Setelah sekian lama, beliau kembali dijemput pulang dan menjadi tenaga pengajar pada Dayah Tgk Haji Hasan Kr. Kalee disamping mengajar di meunasah-meunasah dalam wilayah Mukim Siem.
Suatu hari saat sedang memasarkan garamnya, Nyak Mat melihat gurunya sedang berjalan kaki menuju balai pengajian yang cukup jauh disalah satu kampung dalam Mukim Siem. Nyak Mat melirik karung garam dibelakang sepadanya yang nyaris habis terjual, dan yang tersisa hanya karung garam yang diletakkan ditempat dudukan depan sepedanya. Seketika terbersit keinginannya untuk mengantarkan sang gurunya tersebut ke balai pengajian. Tapi Nyak Mat bingung, di tempat dudukan yang mana dia mesti menaikkan gurunya itu, didepan atau belakang. Namun kemudian Nyak Mat segera memindahkan karung garamnya yang di depan kebelakang, dan segera dengan santun Nyak Mat mempersilakan gurunya untuk naik di tempat dudukan depan sepedanya. Lalu dengan santai diantarkan gurunya itu ke balai pengajian. Sesampai di sana orang - orang tersenyum geli menyaksikan kejadian tersebut. Lalu seseorang bertanya "Nyak Mat kenapa kau naikkan Teungku di depan ?" Dengan santai Nyak Mat menjawab " kalau saya naikkan beliau di belakang, berartikan saya membelakangi beliau, mana mungkin saya membelakangi orang yang sangat saya hormati......"
NYAKMAT TAKUE
Sebagai ulama yang disegani dan dihormati Abu Lampisang sering diundang kenduri ke rumah-rumah warga. Dan tentunya Nyak Mat sebagai asisten senantiasa setia mendampingi gurunya tersebut. Dalam sebuah jamuan Abu Lampisang berkata kepada Nyak Mat, "Nyak Mat...! nyan takue", sambil menunjuk sepotong leher ayam dengan maksud mempersilakan Nyak Mat untuk menyantapnya. Tanpa berpikir panjang Nyak Mat langsung menyambar leher ayam tersebut.
Sesampai di rumah Abu Lampisang, Nyak Mat segera membuka bungkusan yang berisi leher ayam dan menyerahkannya kepada Abu Lampisang, sambil berkata "Abu, nyoe ata dren yu kue".
(bahasa Aceh "Takue" berarti Leher, tapi "ta kue" berarti kau ikat, misalnya disudut kain pembungkus. Sejak peristiwa itu Nyak Mat dipanggil dengan lakap Nyak Mat Takue.)
Hembusan Asap Rokok
vs
Semburan Air Sirih
Tgk. Syiek Meunasah
Baroe (paman Tgk. Haji Hasan Kr. Kalee) adalah seorang ulama pejuang dari Mukim
Siem. Beliau dikenal sebagai ulama yang
sangat gigih berjuang melawan penjajahan Belanda. Beliau selalu berada di garis terdepan
memimpin peperangan dengan serdadu Belanda baik dalam perang frontal maupun
perang gerilya. Disebutkan dalam
menyelamatkan perjuangannya beliau bersama-sama prajurit yang gagah berani
bergerilya hingga ke dataran Tinggi Gayo.
Disamping anti
penjajah, beliau juga dikenal sebagai
ulama yang anti asap rokok. Diceritakan,
suatu kali Ulee Balang IX Mukim Tungkob
berkunjung ke Dayah beliau. Kunjungan
sang Ulee Balang tentu saja disambut dengan hormat oleh semua keluarga
Dayah. Sang Ulee Balang yang dikenal
sebagai ahli hisap (pecandu rokok) itu, tak henti-henti menghisap rokok dengan
penuh angkuh dan menghembuskan asapnya dengan sesuka-hatinya. Dengan prilaku
arogans tersebut, seolah-olah sang Ulee Balang ingin menunjukkan dialah
sang penguasa di wilayah itu dan tak seorangpun dapat mengatur dirinya.
Menghadapi prilaku sang
Ulee Balang itu, tentu saja Tgk Syiek merasa sangat terganggu. Lalu terbersit keinginan dari beliau untuk
memberi pelajaran kepada sang ulee Balang angkuh tersebut. Segera beliau memesan “bate ranup” (tempat
sirih) kepada muridnya. Seketika beliau
mengunyah racikan sirih yang beliau racik sendiri hingga lumat. Dan……………………………………. tiba-tiba beliau
berpura-pura bersin, huaaasyiiiiiiiiimmmmmmm……!!!!!!! Sehingga air sirih yang
telah lumat dalam mulut beliau berhamburan keluar. Tentu saja semburan magma
panas itu menyemproti sesosok makhluk yang yang sedang duduk di depan beliau
yang tak lain adalah sang Ulee Balang IX
Mukim Tungkob. Tanpa ba bi bu ta ti tu
lagi, sang Ulee Balang bersama para pengawalnya segera hengkang dari lingkungan
Dayah Meunasah Baro yang di pimping Tgk Syiek.
terkecoh penampilan
Dikisahkan suatu ketika Dayah Meunasah Blang Pimpinan Tgk H. Hasan Krueng Kalee di Mukim Siem, kedatangan seorang tamu asal Padang. Kehadiran Sang tamu di lingkungan dayah mampu menyedot simpati dari santri dan para guru di dayah, karena kesan pertamanya begitu menggoda. Ya, dia kelihatan alim, sholeh, pintar, cerdas dengan kemampuan diplomasi yang sangat mengagumkan.
Terkesan dengan tampilan dan keeleganan sang tamu, beberapa asinten Tgk. Chiek mengusulkan kepada Tgk. H. Hasan Kr. Kalee, agar sang tamu diangkat menjadi guru di lingkungan dayah itu. "Hana ta tu'oh gata, ta yue jak weh keudeh" tolak Tgk. H. Hasan tegas atas usulan tadi.
Tak lama berselang, dayah digegerkan dengan raibnya sang tamu dan Abdurrahman, salah seorang santri asal Gayo. Mereka menghilang dari lingkungan dayah bagaikan ditelan bumi.
Setelah beberapa lama kehilangan jejak, tiba-tiba pula Dayah mendapat kiriman informasi dan permohonan maaf dari Abdurrahman. Sang Tgk. Gayo, mengisahkan bahwa ia meninggalkan dayah atas bujukan sang tamu dari Padang tadi. Dan celekanya sesampai di kawasan Seulawah Abdurrahman diperas oleh sang tamu untuk menyerahkan semua uangnya, karena sang tamu mengira Abdurrahman memliki banyak uang. Namun karena tidak memiliki uang akhirnya dia ditinggalkan sendirian di kawasan Gunung Seulawah. Lantaran malu atas kebodohannya, Abdurrahman tidak berani balik ke dayah, tapi langsung pulang ke takengon. Sementara sang tamu dari Padang tadi kelihatan sangat kecewa, lalu pergi entah ke mana. He...he..he..orang kere diculik..!!! (kisah ini dikutip dan diadaptasikan dari buku Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee Ulama Besar dan Guru Ummat. Karangan: Mutiara Fahmi, Muhammad Faisal Sanusi dan Qusaiyen Aly Su'di. Penerbit: Yayasan Darul Ihsan Tgk. Haji Hasan Kr. Kalee)
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee adalah seorang ulama besar yang dikenak sangat anti rokok. Beliau mengharamkan para santrinya merokok dan memproklamirkan lingkungan dayah beliau sebagai kawasan bebas asap rokok. Suatu kali, saat melakukan inspeksi rutin selepas shalat isya di lingkungan dayah, beliau menemukan sepotong puntung rokok. Menemukan barang haram di lingkungan dayahnya tersebut, tentu saja beliau sangat geram. Malam itu juga semua santri beliau, di kumpulkan di halaman dayah untuk ditanyakan siapakah pemilik puntung rokok temuan tadi. Entah takut terhadap hukuman atau memang bukan mereka yang mengisap rokok, setelah dijtanyakan satu persatu tak seorangpun dari santri beliau yang mengaku sebagai pemilik puntung rokok tersebut.
Keesokan harinya, para santri kembali dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan keberadaan benda haram tadi. Tapi, lagi-lagi tak seorangpun yang mengaku. Lalu beliau memerintahkan para santrinya untuk mengambil taloe tapeeh (tali besar yang terbuat dari ampas kelapa), dan mengikat puntung rokok tak bertuan itu dengan tali tadi. Setelah diikat lalu puntung rokok kecil itu diseret beramai-keramai untuk dibuang ke septitank WC. Haa...!! benda kecil, temuan besar.... (kisah ini dikutip dan diadaptasikan dari buku Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee Ulama Besar dan Guru Ummat. Karangan: Mutiara Fahmi, Muhammad Faisal Sanusi dan Qusaiyen Aly Su'di. Penerbit: Yayasan Darul Ihsan Tgk. Haji Hasan Kr. Kalee)
benda kecil, temuan besar
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee adalah seorang ulama besar yang dikenak sangat anti rokok. Beliau mengharamkan para santrinya merokok dan memproklamirkan lingkungan dayah beliau sebagai kawasan bebas asap rokok. Suatu kali, saat melakukan inspeksi rutin selepas shalat isya di lingkungan dayah, beliau menemukan sepotong puntung rokok. Menemukan barang haram di lingkungan dayahnya tersebut, tentu saja beliau sangat geram. Malam itu juga semua santri beliau, di kumpulkan di halaman dayah untuk ditanyakan siapakah pemilik puntung rokok temuan tadi. Entah takut terhadap hukuman atau memang bukan mereka yang mengisap rokok, setelah dijtanyakan satu persatu tak seorangpun dari santri beliau yang mengaku sebagai pemilik puntung rokok tersebut.
Keesokan harinya, para santri kembali dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan keberadaan benda haram tadi. Tapi, lagi-lagi tak seorangpun yang mengaku. Lalu beliau memerintahkan para santrinya untuk mengambil taloe tapeeh (tali besar yang terbuat dari ampas kelapa), dan mengikat puntung rokok tak bertuan itu dengan tali tadi. Setelah diikat lalu puntung rokok kecil itu diseret beramai-keramai untuk dibuang ke septitank WC. Haa...!! benda kecil, temuan besar.... (kisah ini dikutip dan diadaptasikan dari buku Teungku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee Ulama Besar dan Guru Ummat. Karangan: Mutiara Fahmi, Muhammad Faisal Sanusi dan Qusaiyen Aly Su'di. Penerbit: Yayasan Darul Ihsan Tgk. Haji Hasan Kr. Kalee)
....Siem...! Oh..., itu kampung saya Pak..!!!
Seorang warga Siem terjebak razia Kepolisian di suatu sudut kota Banda Aceh. "Stop...Stop..!!! Mana Sim...!?" selidik seorang polantas dengan wajah garang. Mendengar nama kampungnya disebut, maka tanpa menuggu pertanyaan dengan sempurna, dengan PD dia langsung menjawab " Oh..Siem..! Itu kampung saya Pak..! Bapak pernah ke sana ? Saya ini orang Siem asli Pak..!" umbarnya semangat.
Lari Bugil
Alm. Tgk Muhammad Syam
Keubok pimpinan Lembaga Tarbiyah Islamiyah Masjid Siem dikenal sangat disiplin dalam menggembleng
para santrinya. Meski tidak tinggal di
lingkungan Dayah, namun beliau selalu mengontrol para murid-murid beliau, meski
hingga larut malam. Semua santri yang
belajar di Dayah masjid Siem diwajibkan menginap dan tidur di bilek (kamar
asrama) masing-masing dan dilarang keras tidur di luar.
Namun begitu, ya….yang
namanya remaja, tetap saja ada sekelompok santri yang membandel. Pada suatu musim kemarau yang panas, mereka sepakat untuk tidur malam di atas
balai di komplek dayah. (hal ini sebenarnya sangat dilarang oleh Abu, dan siapa
yang kedapatan pasti akan mendapat hukuman).
Saat mereka sedang terlelap, tiba-tiba Abu datang, seperti biasa
melakukan inspeksi mendadak. Mendapatkan
para santrinya yang membandel tersebut, lalu beliau mengambil seember air di
kulah dan bruuuurrrr….air itu menyembur dan membasahi mereka. Mendapat siraman air dingin tengah malam, tentu saja mereka kaget, dan tanpa pikir
panjang langsung kabur ke belakang dayah untuk bersembunyi. Pada saat itulah mereka sadar bahwa salah
seorang dari teman mereka berada dalam kondisi bugil. Rupanya saat tidur di atas balai, sang teman
hanya tidur bermodal kain sarung (maklum….! musim panas, di eropa kali). Dan pada saat lari terburu-buru, kain sarung
tersebut kebutulan nyangkut pada paku yang menancap disalah satu tiang balai.
KELAPA DI CURI, PEMILIKNYA DIHUKUM
Diceritakan, insiden ini
terjadi di wilayah IX Mukim Tungkob. Suatu
malam yang gelap pekat, seorang maling mencoba mencuri kelapa di sebuah kebun
yang luas dan cukup jauh dari pemukiman.
Saat memanjat pohon kelapa yang tinggi dan licin karena baru diguyur
hujan, kaki sang maling terpleset hingga
tanpa ampun jasadnya terhempas ke bumi, dan rohnyapun melayang. Mati…!
Insiden tadi tentunya
menggemparkan ban sigom Mukim. Setelah
dilakukan pemeriksaan alakadarnya, jasad Sang Maling dikembalikan kepada
keluarga, yang dikenali sebagai keluarga yang sangat miskin di gampong
itu. Mendapatkan jasad tanpa roh sang
pemegang kedaulatan di keluarga mereka, tentu saja seisi rumah menjadi sangat
berduka. Entah apa yang harus mereka
gadaikan untuk mengurus penguburan jenazah sang kepala keluarga mereka.
Kejadian itu seakan melengkapi penderitaan mereka selama ini.
Tapi untunglah,
situasi memilukan itu mendapat respon simpatik dari peutuha adat gampong.
Peutuha Adat Gampong segera menggelar sidang peradilan adat kilat. Tidak lama berselang, Badan Peradilan Adat Gampong berhasil
mengeluarkan keputusan sidang. Dalam amar putusannya Badan Peradilan Adat
Gampong membebankan segala biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan fardhu
kifayah sang maling kepada pemilik kebun kelapa.
Neo Kolonialis
Segerombolan orang yang menyebut dirinya "pejuang" datang menemui seorang ulama terkemuka di Mukim Siem dengan maksud hendak mendapatkan dukungan terhadap perjuangan mereka. "Kalian bukan "pejuang" tapi kumpulan orang-orang yang hendak menggantikan posisi pihak yang kalian sebut "penjajah", tolak sang Ulama tegas. Oooo...Neo Kolonialis...!!!
SILAKAN MASUK, MAS….!!!
Tinggal bersama dalam bilik-bilik asrama di lingkungan dayah memang banyak romantikanya. Dasar orang-orang muda yang masih suka iseng, sering antar sesama penghuni bilik saling
menjahili temannya, misalnya mengetuk
pintu bilek teman dengan maksud sekedar bercanda.
Suatu malam pintu bilik
seorang teman diketuk dari luar. Merasa
di candai, sang teman dengan sigap
merespon “Ok. Silakan masuk, Mas….” Tapi ketukan pintu itu diulangi, diiringi
ucapan “Assalamu’alaikum….” Dan yang
terdengar adalah suara Abu (Panggilan kepada Alm. Tgk Muhammad Syam pimpinan Dayah). “A…A…Abu…, meuah, lon pike awaknyoe
mayang-mayang….” Hanya kata-kata itu
yang keluar dari mulutnya.
Sahur-sahur…Bangun…!!!!
Kejadian ini terjadi di
Masjid Jamik Mukim Siem. Pada suatu
bulan Ramadhan, anak-anak Remaja Masjid berkumpul di masjid untuk melakukan
tadarrus Al-Qur’an. Tapi si Wandi sejak
awal tadarrus sudah khusyuk dengan pertunjukannya sendiri, Ngorok,
ggrrrgrrrgrrr…..
Dasar anak-anak muda
timbul inisiatif dari salah seorang dari mereka untuk menjahili si Wandi, meski
terkesan agak berlebihan. Segera ia
mengambil jam dinding masjid, lalu jarum
penunjuk jam di putar sehingga menunjukkan jam 05.00 WIB, sementara waktu imsak saat itu sekitar jam 05.10 WIB.
Setelah menggeser jarum jam, sebagian lampu masjid dipadamkan sehingga terkesan agak
remang-remang.
Selesai mensetting
kondisi, segera ia membangunkan Wandi dengan menciptakan kesan terburu-buru. Eh…!!! Wandi….!!!
Sahur-sahur bangun…!!!! Lihat tuh ….Sudah jam 05.00 nih… Kami sudah makan sahur
semua…!!! Melihat situasi yang sudah
sangat mendesak, karena limit waktu
imsak tinggal 10 menit, tanpa pikir panjang Wandi langsung cabut pulang ke rumah
untuk makan sahur, padahal saat
itu, baru jam 02.00 Malam.
KUBURAN HEBOH
Suatu malam sehabis meuleumak di balee, tiba-tiba seorang teman melihat seekor anak kucing mati, baunya sudah mulai menusuk-nusuk hidung. Entah bersumber dari pikiran kreatif, entah jahil, tiba-tiba muncul ide untuk menguburkan anak kucing tersebut secara layak, sebagaimana layak penguburan terhadap manusia. Kuburannya didesain sedemikian rupa sehingga mirip kuburan manusia pada umumnya, ada timbunan tanah, ada batu nisan, dan tidak lupa juga ditanam pohon jarak di atasnya. Lokasi kuburan sengaja dipilih dekat jalan raya, ya... untuk memancing perhatian orang-orang yang lewat.
Sebagaimana telah diperhitungkan sebelumnya, esok paginya kuburan anak kucing tersebut langsung memancing perhatian orang-orang yang lalu lalang, dan tentunya bikin heboh ban sigom mukim Siem.
Benda "Mirip" Batu
Masa kecil adalah
saat-saat terindah dalam kehidupan kita.
Sayangnya saat-saat terindah itu tak dapat diulang, kecuali
dikenang. Bermain, adalah salah satu sisi keindahan waktu
kecil. Bermain apa saja, meski sederhana
menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan.
Kala itu adalah musim
bermain ketepel. Semua anak-anak seusia
kami di Siem memiliki ketepel masing-masing.
Ketepel itu digunakan untuk berburu apa saja. Dasar anak kecil kami tidak peduli, kalau
aktivitas kami itu kadang merusak atau mengganggu orang atau makhluk lain.
Entah bermaksud
menjahili atau memberi pelajaran kepadaku,
seorang pria dewasa tetanggaku
memanggilku, dan meminjam ketepelku.
“Pinjam ketepelnya, dan sekalian tolong ambil batu itu” pintanya sambil
menunjuk kearah benda mirip Luna Maya, eh…! batu...!
Tanpa berfikir panjang aku langsung memungut benda mirip batu itu, dan
crooooek….! Ternyata benda mirip batu itu adalah taik ayam, dan baunya….hmm…
khe’b deh….!!! Silelaki dewasa
tetanggaku itu tertawa terbahak-bahak diiringi oleh kawan-kawanku yang lain.
Kentut Kejepit
Di undang kenduri ke
rumah warga telah merupakan kelaziman bagi para penghuni Dayah. Saat sedang menyantap kenduri, seorang teman merasa ada serangan angin ribut
dahsyat dari dalam perutnya, ya sang teman sedang kebelet kentut. Merasa kurang sopan jika membiarkan angin
itu terbang dari sangkarnya didepan jamaah kenduri, dia berusaha menahannya sekuat tenaga. Namun tatkala hendak mengambil lauk yang agak
jauh dari dirinya, tahanan kentut tadi
agak merenggang, dan momen itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh sang
kentut, maka keluarlah dia dengan
haluss,..tuuuuuuuuuiiittttt…….!!!!!
Mendengar siulan dari mulut bawah itu seisi rumah tak kuat menahan
tawa…hahahahaha….dan asyiknya sang teman, juga ikut tertawa terbahak-bahak. Dan tiba-tiba, berondongan kentut susulanpun menggelegar…..
bruekbruekbruek……………………………………………!!!!!
Pisang Hantu
Malam itu gelap
pekat. Udara di luar sangat dingin
karena sejak maghrib hujan mengguyur lebat.
Hidar melirik jam dinding, ternyata telah menunjukkan jam 22.37
malam. Hujan telah reda, dia hendak segera balik ke biliknya di komplek
Masjid Siem. Segera ia menyambar sesisir
pisang ayam masak hasil kebun samping rumah yang telah dia siapkan sejak tadi. "Hujan-hujan begini pasti enak kalau disantap bersama dengan teman-teman di masjid". gumamnya.
Dengan menggunakan
sepeda butut, dia langsung cabut menuju masjid. Namun ketika melewati kawasan perkuburan
Keubok yang dikenal cukup angker, dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan
sepedanya. Sepedanya terasa berat sekali
ketika didayung. Seketika ia ingat cerita orang-orang, bahwa kalau berjalan malam sambil membawa
makanan, apalagi ketika hujan rintik-rintik, maka ada kemungkinan hantu akan
mengikuti kita dan ikut menumpang di atas sepeda, untuk ikut menyantap makanan
yang kita bawa. Tanpa pikir panjang, dia langsung membuang pisang bawaannya itu ke
sisi pinggir jalan. “Turun…!!! Ambil tu pisang…!” katanya dalam
hati.
Dia mencoba mendayung
lagi sepedanya. Namun sepeda itu tetap
terasa berat. Keringat dingin telah
mulai mengucur membasahi tubuhnya, namun
dia tetap berusaha menguasai diri. Dia
mencoba mengecek ricek kembali apa yang sebenarnya terjadi dengan sepedanya. “Let Buy…!!!” umpatnya ketika mengetahui
bahwa penyebab sebenarnya adalah rem sepeda bututnya itu telah macet.
Setelah memperbaiki
sekedarnya, lalu dia ambil lagi pisang yang telah dia buang di sisi pinggir
jalan tadi, lalu kembali dia meluncur ke
masjid. Di sana dia mengajak kawan-kawannya untuk
menyantap pisang itu bersama. Tapi ada seorang teman bertanya, “kenapa
pisangnya jadi penyok begini ?” Lalu Hidar menceritakan duduk perkara pisang
penyok tersebut. Mereka semua tertawa
terbahak-bahak, hahahaha……. Rupajih pisang nyoe ata kareupah bak
hantu, ka bie keu kamoe….! Hahahaha….
Anak kecil dilarang masuk
Berikut kisah tentang seorang
lelaki dewasa dari Mukim Siem. Ia
ditakdirkan bertubuh mungil, tingginya
cuma satu meter kotor. Tapi silelaki
imut ini sangat beruntung karena dia mendapatkan jodoh seorang perempuan cantik
nan tinggi semampai.
Suatu kali si lelaki itu
mengajak isterinya nonton di PHR (Panggung Hiburan Rakyat) yang terletak di kawasan Lamnyong lama. Setelah membeli tiket di kamar loket, mereka segera melangkah ke arena PHR yang berpagar seng. Isterinya yang berjalan di depan segera
menyerahkan tiket kepada petugas penjaga pintu masuk, lalu dengan mantap mereka melenggang ke
dalam. Namun belum genap tiga langkah
mereka berjalan, tiba-tiba seorang
lelaki kekar menangkap tangan sang lelaki mungil itu dan menyeretnya keluar, sambil membentak-bentak: “Hey…!!! Anak kecil dilarang masuuuk..!!! Pulang sana
kau…!!! Malam ini khusus pilem dewasa
tahu…!!!!” Belum sempat mendengar penjelasan diri pasutri unik ini, silelaki kekar itu
melanjutkan nyanyiannya, kali ini yang
menjadi sasaran adalah isteri si lelaki mungil “kamu juga, sudah tahu malam ini khusus pilem
dewasa, eeh..!!! Malah ngajak adik
nonton…!!!!, Kek mana kau…. !?”
-->
Salah Target
Sepulang ngaji
sekelompok Remaja dari Mukim Siem bermaksud menjahili salah seorang teman
mereka, dengan cara menakut-nakuti dengan hantu pocong jadi jadian. Skenario dan perlengkapan untuk menjalankan
aksi itu, telah disiapkan sejak siang hari.
Sehabis shalat isya,
mereka segera bergegas pulang dan meluncur ke lokasi yang direncanakan yaitu di
ujung lorong yang agak sepi, dan pasti dilewati sang teman bila hendak pulang
ke rumah. Sesampai dilokasi mereka
segera bersembunyi dibalik semak.
Sekejap kemudian, segera
terdengar langkah-langkah orang berjalan menuju kearah mereka. “Okey friend…, target kita kita datang, siap
action…,” bisik salah seorang dari mereka.
Serempak merekapun beraksi. “Haaantuuuuu…..toloooooong……!!!!” dan sangking takut dan kagetnya sang
sasaranpun jatuh dan pingsan. Menghadapi
situasi itu mereka ikut menjadi takut, apalagi setelah diselidiki ternyata yang
menjadi sasaran adalah seorang perempuan, kakak dari salah seorang remaja
tukang jahil itu. Ya… mereka salah
target.
Bolos Ngaji karena kerbau melahirkan
Bolos Ngaji karena kerbau melahirkan
"Kenapa kemarin malam kamu bolos ngaji ?" tanya Abu pada salah seorang santrinya. "Jitouh aneuk keubeu Abu" jawabnya polos, dan disambut gerrrrr teman-teman yang lain.
Berita Orang Hilang
Kali ini benar-benar telah melewati ambang batas toleransi, sehingga Jarimin benar-benar menjadi marah dan uring-uringan. "Kurang ajar....!!! Masak saya telah diumumkan hilang di Radio Baiturrahman, umpatnya. Rupanya ada seorang teman yang iseng mengumumkan di Radio Baiturrahman bahwa Jarimin telah hilang, dan berita orang hilang itu dibacakan berulang-ulang oleh penyiar radio, sehingga banyak anggota keluarganya dari berbagai penjuru Mukim Siem dan Kecamatan Darussalam menjadi panik".
Tuyul teriak tuyul
Saat pulang nonton layar tancap di kota Kecamatan Lambaro Angan, kami melewati Jurong Sora yang waktu itu dikenal sebagai salah kawasan angker di kampung kami. Menurut cerita orang dulu di kawasan ini sering muncul penampakan tuyul, kami menyebutnya dengan "jen paneuk". Bagai mimpi buruk, tiba-tiba kami melihat sesosok makhluk berpostur pendek bergerak di keremangan malam. Tanpa pikir panjang kamipun lari sekuat tenaga sambil berteriak "Tuyul...tuyul...toloong...." dengan harapan ada orang dewasa yang kan datang untuk menolong kami. Namun diluar dugaan, ketika mendengar teriakan kami, sang tuyulpun berlari kencang ke arah kami, dan sayup-sayup terdengar diapun meneriakkan "tuyul...tuyul...toloooong....!!!!" dengan teriakan lebih melengking.
Sang tuyul bergerak sangat cepat mengatasi kecepatan rata-rata kami. Dan ketika dia nyaris mendekati kami, dia berteriak "tunggu...tunggu...mana tuyulnya...?" tanyanya dengan nafas tersengal-sengal. "let buy...!!! Kah lagoe Beunu..!!!" umpat kami barengan, ketika memastikan bahwa makhluk yang kami sangka tuyul, ternyata hanyalah si Beunu salah seorang teman kami yang bertumbuh pendek.
Menguji dukun tulang
Di Mukim Siem ada seorang dukun tulang ternama. Kepiawaiannya menangani kasus terkilir dan patah tulang telah tersohor hingga kesudut-sudut negeri. Tiap hari ada saja pasien kasus cedera tulang yang meminta penanganan darinya. Namun di Siem sendiri, tidak semua masyarakat yakin akan keahlian dukun tulang tersebut. Tersebutlah 3 orang ramaja dari kawasan ini yang masih kurang yakin akan keahlian sang dukun. Mereka berpendepat sang dukun bekerja dengan mengedapan prinsip trial and error. Untuk membuktikan hipotesanya, ketiga remaja tadi memberanikan diri melakukan eksperimen yang sebenarnya cukup berbahaya.
Salah seorang dari mereka berpura-pura terkilir, dan dipapah oleh dua rekannya menuju rumah sang dukun. Dengan mengaduh-ngaduh sang teman meminta tolong untuk ditangani. "Yaak...Alhamdulillah, ini udah ngak apa-apa, udah pas lagi. Insya Allah 2 kali datang lagi udah sembuh..., tapi ingat ...!! kamu tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu, nanti uratnya bergeser lagi. Oh ya..., tolong minyak ini digosok 3 kali sehari pada tempat yang sakit ya...!" advis sang dukun setelah menangani pasien palsu tadi sebagaimana lazimnya menangani pasien sesungguhnya.
Hallo, I'm
Sally. I come from Hot Water
Untuk melatih kemampuan berbahasa Arab dan Inggris kepada para
santri di Dayah Darul Ihsan Haji Hasan Kr. Kalee Mukim Siem, para santri
diwajibkan berkomunikasi dengan menggunakan kedua bahasa Internasional itu di lingkungan
dayah. Dayah yang santrinya datang dari berbagai kabupaten kota di Aceh
itu , bahkan melarang keras para santrinya menggunakan bahasa daerah di
lingkungan dayah. Barangsiapa yang ketahuan menggunakan bahasa
daerah dalam berkomunikasi antar sesama santri di lingkungan dayah, maka
akan diberikan sanksi setelah di adili di depan mahkamah bahasa.
Suatu kali dalam perkenalan di depan kelas, seorang santri yang
berasal dari kampung ie Seu-um Krueng Raya Aceh Besar, memperkenalkan
diri dengan bahasa Inggris "Hallo..., I'm Sally. I come from Hot Water.
(Hot Water dalam bahasa Aceh berarti "ie seu-um" nama
kampung sang santri)
Jualan Ikan Asin dengan Mobil Taft
Bang Amir tetanggaku dikenal sangat hobby
memancing. Bila ada waktu
senggang, Bang Amir sering memanfaatkannya untuk memancing. Tentu saja hasil
tangkapannya menjadi menu masakan keluarga yang lezat. Suatu kali ketika hasil tangkapan bang Amir
berlimpah, istri bang Amir memanfaatkan ikan tersebut untuk membuat ikan asin. Agar ikan asin
tersebut awet, maka tentunya ikan asin itu mesti dijemur berkali-kali sampai
kering.
Suatu hari saat
hendak menjemur ikan asin tadi, istri bang Amir melirik ke sana ke mari
untuk mencari lokasi yang tepat, lokasi yang banyak sinar mataharinya. Lalu dia melirik atap mobil taft bang Amir
yang kebetulan di parkir di depan rumah. ”Ya, di sini banyak sinar matahari,
biar kita jemur di sini sebentar” gumam istri bang Amir, sambil meletakkan
jeu-ee ikan asin, lalu kemudian melanjutkan kegiatan rutinnya sebagai IRT.
Karena ada
keperluan yang cukup mendesak dengan temannya, bang Amir menghidupkan mobil
taftnya lalu meluncur ke tempat yang dijanjikan. Di sepanjang jalan orang-orang
melihat ikan yang ada di atas mobil, dan mencoba mengingatkan dengan berteriak
ikan..., ikan asin bang, tapi bang Amir
tidak mengira yang dimaksud adalah ikan asin di atas mobilnya.
Sesampai di
warung kopi di simpang Lampaseh, bang Amir berhenti di sana karena ada sesuatu
keperluan. Lalu orang-orang di sana bertanya ”Padum eungkot masen sikilo Bang ?, sang meuhai that ken, meuhan hansep keu minyeuk moto", sambil
melirik ikan asin di atas mobil bang Amir.
Apakah skrng masih ada pasantren Jami'ah al-khairiyah yg pernah di pimpin oleh tgk. M. Ali?
BalasHapusApakah skrng masih ada pasantren Jami'ah al-khairiyah yg pernah di pimpin oleh tgk. M. Ali?
BalasHapus