Tradisi meugang dipegang erat oleh masyarakat Aceh di mana pun berada. Anak-anak muda Aceh yang sedang menimba ilmu di Texas melaksanakan meugang walau hanya dengan daging ayam. Berpuasa di tengah terik matahari yang mencapai 38 derajat Celsius tetap mereka jalani dengan tabah.
Risa Fitria, 26 tahun, mahasiswi asal Aceh yang belajar di Texas menyampaikan hal tersebut kepada The Globe Journal, Senin (24/8) melalui saluran komunikasi Yahoo Messenger (YM). Alumni bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry ini menempuh studi di Culture and Curriculum, Teaching Language and Culture, Texas A&M University atas bea siswa Amerika. Ini merupakan Ramadhan kedua yang dijalaninya di negeri koboy.
Risa mengatakan kebetulan meugang kali ini bertepatan dengan peringatan hari Kemerdekaan Indonesia. “Kami memperingati hari kemerdekaan dan meugang sekaligus bersama Permias (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat-red),”katanya.
Tentu nuansanya sedikit berbeda melaksanakan meugang di Amerika dan di Aceh. Di Texas mencari daging sapi yang halal tidak semudah di Aceh, yang jika meugang orang berjualan daging sampai di emperan jalan. “Kami beli daging ayam halal, harganya 3,99 dollar untuk satu pound,”katanya.
Sekedar informasi, 1 kilogram sama dengan 2,204 pound yang berarti harga ayam 1 kilogram adalah 8,79 dollar. Ini berarti harga per kilonya sama dengan 96.733 rupiah, dengan asumsi 1 dollar sama dengan 11.000 rupiah. Bandingkan dengan harga daging sapi di Aceh yang ketika meugang mencapai Rp.100.000 /kg, termahal di dunia, kata beberapa orang.
Ada sekitar 13 mahasiswa Aceh yang menempuh studi di universitas yang sama dengan Risa Fitria. Untuk menjalankan ibadah puasa mereka mengandalkan Imsakiah Ramadhan yang diterbitkan oleh Islamic Finders, sebuah organisasi nirlaba Islam Amerika Serikat. Walaupun mereka memegang Imsakiah tetap saja berbuka dan sahur mereka jalani dengan sederhana, apa adanya tanpa ada persiapan. “Buka puasa dan sahur kami masak sendiri, tapi kadang-kadang juga diluar,”ujar Risa, yang aslinya tinggal di desa Sukadamai Banda Aceh. Tapi mungkin besok-besok ia dan teman-teman rencana mau buka bersama di mesjid. “Ada makanan gratis,”katanya dengan tampilan emoticon tersenyum.
Di Texas, Risa dan rekan-rekannya sesama pelajar tinggal di sebuah kota pelajar yang bernama College Station. “Kota ini memang didesain untuk tempat tinggal pelajar,”jelasnya. Ini merupakan sebuah kota kecil dengan banyak bangunan besar, ciri khas kampus, bukan bangunan tinggi seperti kota besar. Untuk mencapai kampus dari tempat tinggalnya, Risa membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan kendaraan umum.
Ramadhan kali ini matahari bersinar dengan garang. Tetapi temperatur udara rendah dibanding Juni 2009 lalu, menurut Risa. “Itu (Juni-red) gila-gilaan panasnya,”kata Risa membandingkan. Bulan Ramadhan yang jatuh pada musim panas membuat waktu puasa lebih singkat. Ini merupakan salah satu rahmat bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa jauh di negeri orang, jauh dari para penjual penganan berbuka yang bertebaran di kampung halaman.
Sumber: www.theglobejournal.com
Tradisi Meugang di Aceh Menjelang Ramadhan
Metro Sore / Nusantara / Jumat, 21 Agustus 2009 14:45 WIB
Metrotvnews.com, Banda Aceh: Masyarakat Indonesia memiliki ragam tradisi setiap menjelang bulan Ramadhan. Umumnya, mereka menyambangi makam keluarga. Tapi, tidak demikian dengan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka punya tradisi sendiri yang disebut Meugang. Tradisi ini terkait kewajiban seorang laki-laki dalam memenuhi kebutuhan untuk keluarganya.
Tradisi Meugang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak para nenek moyang di Bumi Serambi Mekah. Tradisi Meugang atau Uru Meugang artinya membeli daging di bulan puasa dan menyambut hari Idul Fitri. Bahkan, dalam menghadapi Idul Adha pun demikian adanya.
Masyarakat Aceh membeli daging yang kemudian dibagi-bagikan kepada fakir miskin secara beramai-ramai. Selain kepada fakir miskin, daging ini juga diberikan kepada anak yatim piatu di sejumlah panti asuhan.
Selain berhubungan dengan datangnya bulan puasa, tradisi ini juga identik dengan makna dari seorang laki-laki. Laki-laki di Aceh dianggap mempunyai jasa yang tinggi bagi keluarga, jika ia semakin banyak membawa daging pulang ke rumah. Daging ini biasanya dimasak lalu dimakan pada saat sahur dan buka puasa bersama anggota keluarga.
Entah kepercayaan ini darimana asalnya. Namun, laki-laki di Aceh selalu dianggap berhasil jika bisa memenuhi ekonomi keluarga dan membawa banyak rezeki untuk anak dan istrinya. Apalagi jika rezeki ini adalah daging yang diyakini sebagai makanan mewah di Aceh. Dengan adanya tradisi ini, maka dengan sendirinya harga daging di Aceh makin melonjak naik.(DSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar