Tulisan ini telah dimuat di website IAIN Ar-Raniry
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA terpilih menjadi Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh mengungguli 26 suara (57,78%) dari 45 anggota senat pada pemilihan calon Rektor IAIN Ar-Raniry di Ruang Sidang II Gedung Biro Rektor (08/5). Pada pemilihan calon rektor tersebut, Farid berhasil menyisihkan lawannya Dr. Nazaruddin A. Wahid, MA dengan memperoleh 19 suara (42,22%), sedangkan dua kandidat lainnya Dr. A. Rani Usman, M.Si dan Dr. Cut Aswar, MA tidak ada suara sama sekali.
Pemilihan Rektor dilaksanakan di Ruang Sidang II Biro Rektor IAIN Ar-Raniry dengan dihadiri 45 orang anggota Senat Jami'ah. Ketika kami mengkonfirmasi tentang alasan ketidak hadiran tiga anggota senat, Ketua Panitia Pemilihan Prof. Dr. Syahrizal Abbas, M.Ag menyebutkan bahwa kealpaan tiga orang anggota senat karena mereka dalam keadaan sakit, seperti Drs. H. RA. Syauqas Rahmatillah, MA, dan Prof. Dr. H. Daniel Djuned, MA. Sedangkan satu orang lagi yakni Prof. Dr. H. Zainal Abidin Alawi, M.Ag kami tidak memperoleh informasi yang jelas, namun ketidakhadiran ini tidak mempengaruhi proses pemilihan.
Di depan dan di dalam ruang pemilihan, setelah proses penghitungan suara dan penutupan rapat senat, dipenuhi oleh tim suksesi masing-masing balon yang ingin menyaksikan secara langsung hasil akhir pemilihan rektor yang sangat mendebarkan itu.
Dari pantauan kami di lokasi pemilihan, terlihat suasana haru bercampur gembira tersirat dari wajah semua anggota senat seusai penghitungan suara. Satu persatu anggota senat dan pengunjung yang memadati ruangan menyalami Farid Wajdi Ibrahim yang meraih suara terbanyak dalam pemilihan rektor IAIN itu. Suasana keakraban juga tergambar saat Farid Wajdi dan Nazarudin berpelukan dan saling melempar senyum setelah mengetahui hasil pemilihan itu. Namun demikian, kami juga melihat ada sebagian yang tertunduk lesu kurang bergairah, dan langsung cabut (pulang) setelah proses penghitungan suara.Di sela-sela proses akhir penghitungan suara, kami berhasil mewawancarai salah seorang suporter/pendukung Farid Wajdi yang enggan disebutkan namanya. Dia menyebutkan bahwa kemenangan pak Farid hari ini (kemaren, red) merupakan hasilperjuangan panjang para pendukung beliau dan kita bersyukur kepada ALLAH, karena hasil akhir melampaui prediksi sebelumnya, di mana kami hanya memprediksikan 52% suara, sedangkan yang terjadi justru mencapai 57,78 %. Ini sebuah prestasi yang patut disyukuri oleh kita semua, tegasnya.
Mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban dan begitu beragamnya persoalan yang dihadapi, Farid Wajdi usai pemilihan menyebutkan, ini merupakan suatu amanah yang sangat berat, namun karena rasa tanggung jawab dan beban moral ingin memperbaiki IAIN ke arah yang lebih baik dan kompetitif, maka dengan terpilihnya sebagai Rektor IAIN Ar-Raniry, ke depannya akan melakukan berbagai kebijakan yang menunjang ke arah pencapaian maksud di atas.
Lebih jauh Ia juga menyebutkan bahwa apapun program yang akan dilaksanakan akan tetap mengacu pada kebijakan-kebijakan dan program rektor Prof. Drs. H. Yusny Saby, MA., Ph.D yang dinilai relevan dengan kondisi saat ini, terutama menyangkut percepatan pembangunan kembali kampus setelah dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Menyangkut masalah terseut, putra kelahiran Rukoh tahun 1961 ini menyatakan bahwa Rehab Rekon yang didanai dari pinjaman Islamic Development Bank (IDB) hendaknya segera dapat diwujudkan.
Menurut Farid, paling tidak ada lima hal yang akan menjadi perhatian dalam mengembangkan IAIN Ar-Raniry ke depan yakni menyangkut pendidikan yang lebih berkualitas, peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian unggulan bagi dosen dan mahasiswa, mengoptimalkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka pengembangan nilai-nilai keilmuan, sosio-religi dan sosio-kultural di tengah-tengah masyarakat yang pluralis; menciptakan dan membina suasana kehidupan akademik (academic life) yang sehat, bersih, aman, nyaman, bersahabat dan islami di lingkungan kampus dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya manusia (SDM) IAIN Ar-Raniry dalam rangka percepatan pelaksanaan syari’at Islam dan peningkatan mutupendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam; dan menciptakan dan membina fasilitas dan sistem pendukung kehidupan akademik yang efektif, efisien, akuntabel dan berbasis teknologi informasi. Selain itu, yang tak kalah pentingnya juga menjadi prioritas masalah menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam hal peningkatan mutu tenaga pengajar, Farid Wajdi yang masih menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah ini, juga mempunyai berbagai program kerja, seperti peningkatan kuantitas staf pengajar baru dalam jumlah yang memadai bagi fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry; peningkatan kualitas dosen (training, workshop, penelitian dll); pemberdayaan lembaga SPU sebagai sarana pembibitan calon dosen; berusaha memberikan beasiswa kepada alumnus berprestasi dan dipersiapkan sebagai tenaga pengajar; penguatan jaringan dengan berbagai sponsor/donor bidang pendidikan, baik dalam dan luar negeri, terutama dalam pengiriman calon dosen dan dosen muda kejenjang pendidikan yang lebih tinggi; peningkatan jumlah dosen level S3 dan guru besar; pengembangan system reward dan award untuk staf pengajar; penguatan Peer Group berdasarkan keahlian; menjajaki kemungkinan penguatan keilmuan dengan pola “sabbatical leave” di universitas-universitas dalam dan luar negeri;
Sedangkan masalah fasilitas pendidikan, ia mempunyai berbagai program antara lain percepatan realisasi bantuan dari Islamic Development Bank (IDB); segera memonitoring dan melakukan evaluasi kelayakan ruang kuliah, ruang praktikum, perkantoran dekanat dan jurusan; penguatan laboratorium bahasa, pusat komputer, Micro Teaching, laboratorium MIPA dan laboratorium lainnya dengan melengkapi fasilitas pembelajaran yang standar; penyediaan media pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman;
Ketika ditanya tanggapannya mengenai perobahan status IAIN menjadi UIN, secara diplomatis ia menjawab bahwa hal tersebut sangat bergantung dari bagaimana kita mempersiapkan SDM dan melakukan promosi terus menerus untuk rekruitmen calon mahasiswa. Kalau mahasiswa tidak mencukupi dan SDM nya masih begitu-begitu saja, rasanya agak sukar kita meyakinkan Departemen Agama untuk perubahan status tersebut. Oleh karenanya, saat ini yang paling mendesak harus kita lakukan adalah perbaikan kinerja, peningkatan mutu pendidikan dan mengembalikan citra IAIN di mata masyarakat.
Di samping dipercayakan sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah periode 2004-2008 dan 2008-sekarang, Farid Wajdi yang meraih gelar doktor pada University Sains Malaysia, Pulau Penang, Malaysia pada tahun 2000 itu juga masih aktif mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Progam Pascasarjana IAIN Ar-Raniry. Suami dari Ir Adzniar Araby Ahmad itu juga dikenal aktif di berbagai organisasi berbasis Islam. Pria kelahiran Desa Rukoh tahun 1961 itu kini telah dikaruniai enam orang anak.
Panitia pelaksana pemilihan rektor akan menyelesaikan proses pemilihan ini sampai keluarnya SK Presiden. Ketua Panitia Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA menyatakan bahwa tugas terakhir panitia adalah menyiapkan pemberkasan calon untuk ditanda tangani oleh ketua senat yang saat ini dijabat oleh Rektor IAIN Ar-Raniry (Prof. Drs. H. Yusny Saby, MA., Ph.D) yang selanjutnya dikirim ke Menteri Agama RI. Menurutnya proses pemeriksaan kelengkapan berkas itu memang harus dilakukan di Departemen Agama Pusat dan jika memenuhi persyaratan yang dibutuhkan akan diteruskan ke Sekretariat Negara untuk memperoleh SK dari Presiden. Kami akan semaksimal mungkin mempersiapkan ini, agar pada saatnya nanti (Juli 2009, red), rektor terpilih dapat dilakukan pelantikan, ungkap Syahrizal yang juga Asisten Direktur I Program Pascasarjana IAIN itu.
repro : admin Website IAIN Ar-Raniry
update : 16.50 WIB (11/5)
R a n u b si G a p u e
Assalamu'alaikumwarahmatullah...
Jaroe duablah ateuh jeumala,
Saleum ulon brie keu syedara meutuwah,
Neubrie ya Allah mandum sijahtra...
Amiin Ya Rabbal A'lamiin...
Dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua Pengunjung blog baleeMUKIM. Meski dalam format dan tata saji yang amat sederhana, kami memberanikan diri untuk mendedikasikan blog ini untuk mengawal, mempertahankan dan mengembangkan keberadaan komunitas dan Lembaga Pemerintahan Mukim di Aceh pada umumnya, atau Mukim Siem - Darussalam khususnya.
Kami mengundang pengunjung sekalian agar berkenan berpartisipasi mewujudkan Visi dan Missi dari blog baleeMUKIM ini. Sumbangan pikiran, pendapat, komentar, kritik, saran, dan apapun yang sifatnya konstruktif, merupakan cemeti yang seharusnya mendorong kita untuk lebih maju.
Pengunjung sekalian...sekecil apupun keterlibatan anda dalam upaya pencapaian tujuan mengawal, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi komunitas Mukim di Aceh, menurut kami mesti diapresiasikan sebagai perjuangan menuju kehidupan lebih terhormat dan bermartabat di atas landasan budaya kita sendiri.
Ayo..., lakukan ...!!! Bersama Kita Bisa...!!!
"Rhoek ngen bara bak ureung Nanggroe, Pasoe bajoe bak ureung tuha, Tameh teungoh bak ulee balang, peutrang puteeh itam bak ulama."
Pengunjung sekalian..., mari wujudkan cita-cita besar ini, mulailah dengan sebuah langkah kecil. ingat...!!! Perjalanan ribuan kilometer selalu diawali dengan sebuah langkah kecil...lakukan sekarang...!
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
teurimong gaseh.
admin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
ureung saba luwah lampoh peng sireubee tinggai sireutoh Hadih Maja atau Nariet Maja adalah ungkapan bijak warisan indatu tentan...
-
Menurut UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Aceh, Pemerintah Gampong adalah strata pemerintahan terendah di bawah Mukim. Secara nasi...
-
Berikut saya sajikan kepada pengunjung blogspot BaleeMukim, Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2008 tentang Lembaga Adat, selamat melumatkannya, semo...
-
QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUA...
-
Pejuang Aceh Tempo Doeloe Republika - Jumat, 28 Januari REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM--Apa kaitan antara Aceh dan Afghanistan? Selai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar