Kepala Pusat Vulkanologi, Surono
"Yang penting waspada, memang bencana datang pada saat kita lengah."
VIVAnews, Selasa, 27 Juli 2010, 07:00 WIB
Elin Yunita Kristanti
Diungkap dalam sejarah, Batavia sebagai cikal bakal Jakarta, pernah
luluh lantak dihajar gempa. Dua di antaranya terjadi pada 1699 yang
diikuti letusan Gunung Salak, dan tahun 1883, saat Krakatau mengamuk.
Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono
mengatakan, letusan dua gunung itu bukan penyebab gempa bumi.
"Kebalik,
justru gempa bumi tektonik bisa merangsang letusan gunung api. Kalau
gempa vulkanik tidak merusak, sebab, maksimal kekuatannya 2 skala
Richter," kata Surono saat dihubungi VIVAnews, Senin 26 Juli 2010 malam.
Misalnya, tambah dia, meletusnya Gunung Talang dipicu gempa Mentawai 2004.
Sementara,
untuk potensi gempa Jakarta, Surono berpendapat, jika dilihat dari peta
percepatan, tidak sesuai jika Jakarta disebut terancam. Apalagi, peta
percepatan bukan peta bahaya gempa bumi.
"Yang membahayakan
bukan percepatan gempa. Tapi, goncangannya, pelulukan -- keluarnya air
dalam bumi-- bangunan di atasnya bisa merangsek ke dalam tanah seperti
Hotel Ambacang."
"Atau bencana tsunami yang bisa diakibatkan gempa bumi."
Masyarakat, tambah dia, tak perlu panik. "Kita tidur di atas calon pusat gempa bumi, di atas magma. Jadi jangan paranoid."
Dari
geografisnya, Indonesia memang berada di atas zona tektonik sangat
aktif. Sebab, berada di antara tiga lempeng besar dunia –Pasifik,
Australia, dan Eurasia, dan sejumlah lempeng kecil lainnya bertemu di
wilayah nusantara.
Berada di lingkaran ‘cincin api’ atau ring of fire membuat negeri ini langganan bencana, seperti gempa dan letusan gunung berapi.
"Dari
zaman nenek moyang, Indonesia sudah rentan gempa bumi. Mau diramalkan
ahli atau tidak, Indonesia tetap rawan gempa. Tapi keturunan nenek
moyang kita bisa mencapai 200 juta jiwa."
Menurut dia, isu gempa
Jakarta bisa menimbulkan hambatan sosial maupun ekonomi. Efeknya tak
hanya pada warga Jakarta, atau Indonesia, yang menggantungkan diri pada
Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, tapi juga perwakilan
asing. Juga mempengaruhi iklim investasi.
Yang terpenting,
jelas Surono, adalah sikap waspada. Bagaimanapun gempa pasti ada, tidak
bisa direkayasa. Yang harus dilakukan adalah bersikap waspada,
mendirikan bangunan tahan gempa, dan persiapan diri. "Bencana datang
pada saat kita lengah," ujarnya (np).
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar